Pep Guardiola Rombak Habis Semua Squad Legenda untuk Squad Baru

Beritafifa.com – Pep Guardiola memimpin revolusi besar di Manchester City pada bursa transfer musim panas 2025. Skuad The Citizens kini terlihat sangat berbeda dibandingkan komposisi musim lalu, dengan sejumlah wajah veteran hengkang dan digantikan deretan nama baru.

Aktivitas City di pasar pemain berlangsung sangat intens sejak pembukaan jendela transfer. Persiapan menghadapi FIFA Club World Cup menjadi salah satu faktor utama yang mendorong manajemen bergerak cepat.

Drama transfer bahkan berlangsung hingga detik-detik terakhir periode bursa. City berhasil mendatangkan Gianluigi Donnarumma dari PSG, sekaligus melepas Ederson ke Fenerbahce. Tak hanya itu, Manuel Akanji juga dilepas ke Inter Milan, sementara sang mantan kapten Ilkay Gundogan dikabarkan segera berseragam Galatasaray.

Perombakan masif ini menandai era transisi generasi di Etihad Stadium. Guardiola kini memiliki tugas berat untuk meramu harmoni di dalam tim yang mengalami perubahan signifikan, terutama dengan kombinasi pemain muda dan bintang baru.

Pertanyaan besar pun muncul: apakah kekuatan City sudah cukup solid untuk mempertahankan dominasi di papan atas Inggris dan Eropa? Ataukah keputusan berani ini justru menghadirkan kerentanan yang bisa menjadi ancaman bagi perjalanan mereka musim ini?

Investasi 220 Juta Pounds untuk Tujuh Rekrutan Baru

Pep Guardiola memimpin revolusi besar di Manchester City pada bursa transfer musim panas 2025. Skuad The Citizens kini terlihat sangat berbeda dibandingkan komposisi musim lalu, dengan sejumlah wajah veteran hengkang dan digantikan deretan nama baru.

City menggelontorkan dana sekitar 220 juta pounds untuk mendatangkan tujuh pemain anyar. Nama-nama yang bergabung meliputi Tijjani Reijnders, Rayan Cherki, Rayan Ait-Nouri, James Trafford, Gianluigi Donnarumma, Marcus Bettinelli, dan Sverre Nypan.

Namun, langkah berani ini dibarengi dengan melepas beberapa pilar penting tim. Kyle Walker, Ederson, Manuel Akanji, James McAtee, Yan Cuoto, dan Maximo Perrone resmi meninggalkan Etihad Stadium. Pemasukan dari hasil penjualan pemain mencapai 80 juta pounds, dan angka tersebut berpotensi bertambah jika transfer Ilkay Gundogan ke Galatasaray benar-benar terealisasi.

Perubahan paling mencolok terjadi di posisi penjaga gawang. Kedatangan Donnarumma dan Trafford sekaligus menandai berakhirnya era panjang kepemimpinan Ederson di bawah mistar City. Guardiola pun sukses merampungkan proses regenerasi kiper hanya dalam satu periode transfer.

Meski begitu, ada satu area yang tetap tidak tersentuh dalam rencana pembenahan skuad. City memilih tidak merekrut bek kanan baru, lantaran tidak ada kandidat yang sesuai dengan kriteria manajemen. Keputusan ini bisa menjadi faktor penentu—baik sebagai kunci sukses maupun titik lemah—dalam strategi transfer yang telah disusun.

Dengan wajah tim yang hampir sepenuhnya berbeda, Guardiola kini dihadapkan pada tantangan berat: menyatukan skuad yang baru terbentuk agar tetap kompetitif di Premier League, Liga Champions, dan juga ajang FIFA Club World Cup yang menanti di depan mata.

Era Baru: Kedatangan Darah Muda

Pep Guardiola memimpin revolusi besar Manchester City pada bursa transfer musim panas 2025. Perombakan kali ini mengubah wajah skuad secara drastis, menjadikan musim baru sebagai awal dari siklus baru di Etihad Stadium.

City menggelontorkan dana sekitar 220 juta pounds untuk mendatangkan tujuh pemain anyar, di antaranya Tijjani Reijnders, Rayan Cherki, Rayan Ait-Nouri, James Trafford, Gianluigi Donnarumma, Marcus Bettinelli, dan Sverre Nypan. Pada saat yang sama, beberapa pilar penting meninggalkan klub, seperti Kyle Walker, Ederson, Manuel Akanji, James McAtee, Yan Cuoto, dan Maximo Perrone. Pemasukan mencapai 80 juta pounds, dan berpotensi bertambah jika kepindahan Ilkay Gundogan ke Galatasaray benar-benar terwujud.

Perubahan ini menandai berakhirnya era lama. Pemain-pemain berusia 30 tahun ke atas banyak yang dilepas, termasuk Walker (35), Kevin De Bruyne (34), Gundogan (34), Ederson (32), dan Akanji (30). Jack Grealish juga akan segera memasuki usia 30 tahun. Kini, hanya Bernardo Silva dan John Stones yang tersisa dari skuad legendaris peraih 100 poin di musim 2017/2018. Sementara itu, Mateo Kovacic dan Nathan Ake menjadi sedikit dari pemain senior berusia 30-an yang masih bertahan.

Dampaknya, skuad City kini dipenuhi energi baru. Meski ada kekhawatiran soal berkurangnya pengalaman, pergantian generasi dianggap sebagai langkah penting untuk menghindari stagnasi. Guardiola ingin mencegah kondisi di mana skuad mengalami kelelahan mental karena terlalu lama mengandalkan kelompok pemain yang sama.

Keputusan paling mencolok terlihat di posisi penjaga gawang. Kedatangan Donnarumma dan Trafford sekaligus menutup era panjang kepemimpinan Ederson di bawah mistar City. Guardiola pun berhasil menyelesaikan regenerasi kiper hanya dalam satu periode transfer.

Namun, ada satu area yang dibiarkan tanpa perubahan. City memilih tidak mendatangkan bek kanan anyar karena tidak ada kandidat yang sesuai dengan kriteria manajemen. Hal ini bisa menjadi faktor penentu, apakah strategi transfer kali ini berbuah sukses atau justru membuka celah kelemahan.

Proses transisi generasi ini berlangsung lebih cepat dari rencana jangka panjang yang semula disusun. Namun, sinyal jelas sudah terpancar: siklus baru Manchester City resmi dimulai di bawah arahan Pep Guardiola, dengan tantangan besar menanti di Premier League, Liga Champions, dan FIFA Club World Cup.

Filosofi Guardiola: Skuad Ramping dengan Peran Jelas

Pep Guardiola sebelumnya sudah menegaskan keinginannya memiliki skuad yang lebih ramping. Menurutnya, terlalu banyak pilihan justru berpotensi merusak dinamika tim. Kehadiran terlalu banyak pemain internasional berpengalaman hanya untuk duduk di bangku cadangan bukanlah situasi ideal bagi perkembangan City.

Eksodus besar-besaran di penghujung bursa transfer membantu mewujudkan visi tersebut. Kini, Guardiola memiliki keleluasaan lebih besar dalam merotasi skuad. Setiap pemain juga merasa punya peran penting dan jelas, sebuah faktor yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan performa individual.

Sejauh ini, Tijjani Reijnders muncul sebagai rekrutan paling mencuri perhatian. Gelandang asal Belanda itu tampil menonjol di FIFA Club World Cup, lalu melanjutkan performa impresifnya di Premier League dengan mencetak gol serta assist saat melawan Wolves.

Selain itu, Rayan Cherki dan Rayan Ait-Nouri membawa dimensi baru dalam permainan City. Kreativitas, kelincahan, dan kemampuan dribbling keduanya menghadirkan warna segar di lini serang maupun pertahanan.

Namun, Guardiola sadar bahwa kualitas individu saja tidak cukup untuk meraih kesuksesan. Mentalitas tim serta kerentanan di lini belakang masih menjadi masalah yang harus segera diatasi. Faktor ini diyakini akan menjadi penentu apakah proyek regenerasi skuad City berjalan mulus atau justru menghadapi hambatan besar.

Jangan lewatkan Berita update lainnya hanya di Beritafifa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top