Beritafifa.com – Antony akhirnya buka suara mengenai masa-masa sulitnya di Manchester United. Winger asal Brasil itu mengaku sempat mengalami tekanan luar biasa selama berada di bawah asuhan Ruben Amorim, terutama ketika dirinya disingkirkan dari skuad utama dan harus berlatih terpisah.
Diboyong dari Ajax pada 2022 dengan harga £86 juta, Antony datang ke Old Trafford dengan ekspektasi tinggi sebagai motor serangan baru setelah era Cristiano Ronaldo. Namun, performanya justru menurun drastis. Dalam 96 penampilan, ia hanya mencatatkan 12 gol dan 5 assist, sebuah torehan yang membuatnya jadi sasaran kritik suporter dan media Inggris.
Kondisi semakin memburuk ketika Amorim mengambil alih kursi pelatih. Antony kehilangan tempat di tim utama dan bahkan dimasukkan ke dalam kelompok “bomb squad” — kumpulan pemain yang dianggap tidak masuk rencana jangka panjang klub.
Perlakuan tersebut menjadi titik balik bagi kariernya. Ia akhirnya menerima tawaran Real Betis pada musim panas 2025, dalam kesepakatan senilai £21,6 juta. Setelah resmi hengkang, Antony mengungkapkan bagaimana ia mencoba bertahan di tengah tekanan besar dan situasi yang penuh ketidakpastian di Manchester.
“Banyak hal terjadi di balik layar yang orang tidak tahu,” ujarnya dalam wawancara dengan media Spanyol. “Saya tidak menyesal, tapi saya belajar banyak. Tentang bagaimana menghadapi kritik, kehilangan kepercayaan diri, dan menemukan kembali motivasi saya sebagai pemain.”
Kini, Antony mulai menikmati lembaran baru di La Liga bersama Real Betis. Ia berharap bisa kembali ke performa terbaiknya dan membuktikan bahwa dirinya masih layak bersaing di level tertinggi Eropa.
Sempat Ingin Berhenti Bermain Bola

Dalam wawancara emosional bersama TNT Sports Brasil pada Mei 2025, Antony menumpahkan isi hatinya tentang masa-masa kelam yang ia alami saat masih membela Manchester United. Pemain asal Brasil itu mengaku sempat benar-benar kehilangan gairah untuk bermain dan bahkan berpikir untuk meninggalkan sepak bola sepenuhnya.
“Saya melewati masa-masa sulit (di United) ketika saya tidak lagi merasakan kebahagiaan itu,” ungkap Antony dengan suara berat. “Saya bahkan memberi tahu saudara laki-laki saya bahwa saya tidak tahan lagi.”
Pernyataan tersebut mencerminkan betapa dalam frustrasi dan tekanan yang dialami pemain berusia 25 tahun itu selama periode sulitnya di Inggris.
Antony juga mengaku merasa sendirian dan tidak mendapat dukungan emosional yang ia butuhkan di dalam klub. Situasi itu membuatnya kehilangan motivasi dan rasa percaya diri, hingga sempat mempertanyakan masa depannya di dunia sepak bola.
Namun, kepindahannya ke Real Betis menjadi titik balik yang membangkitkan kembali semangatnya. Di bawah asuhan pelatih Manuel Pellegrini, Antony menemukan ruang untuk berkembang dan tampil lepas tanpa tekanan besar.
Ia tampil impresif di paruh kedua musim 2024/25, bahkan membantu Betis mencapai final Liga Konferensi UEFA — sebuah pencapaian yang menjadi bukti bahwa dirinya mampu bangkit dari keterpurukan.
Kini, Antony menatap masa depan dengan optimisme baru. “Saya merasa hidup kembali. Sepak bola kembali terasa menyenangkan,” ujarnya. “Saya hanya ingin menikmati permainan dan membalas kepercayaan orang-orang yang tetap mendukung saya.”
Bicara Soal Hubungannya dengan Amorim

Dalam wawancara eksklusif bersama AS, Antony berbicara lebih terbuka mengenai hubungannya dengan Ruben Amorim selama berada di Manchester United. Winger asal Brasil itu mengakui bahwa dirinya tidak pernah memiliki kedekatan personal dengan sang pelatih dan jarang berkomunikasi sejak awal kedatangan Amorim ke Old Trafford.
“Saya tidak banyak bicara dengan Ruben Amorim; tidak banyak kontak,” ungkap Antony. “Keputusannya untuk mengizinkan saya berlatih terpisah sudah pasti. Tapi saya harus menghormatinya.”
Pernyataan tersebut menunjukkan sikap profesional Antony meskipun ia harus menerima situasi yang membuatnya tersisih dari tim utama.
Antony juga menegaskan bahwa dirinya tetap menjaga komitmen dan etos kerja di tengah keterasingan tersebut. “Saya menjaga diri dengan berlatih dengan baik meskipun terpisah,” ujarnya. “Setelah tiga bulan, saya bermain 90 menit, dan itulah hasil dari apa yang saya latih.”
Kini, dengan karier yang kembali bergairah di Real Betis, Antony memilih untuk tidak larut dalam masa lalunya di Inggris. Ia menganggap pengalaman pahit di bawah Ruben Amorim sebagai bagian dari proses pendewasaan dirinya, baik sebagai pemain maupun manusia.
“Saya tidak ingin mengungkit masa lalu. Semua itu sudah terjadi,” katanya. “Tapi pengalaman di Manchester mengajarkan saya banyak hal — tentang kesabaran, kerja keras, dan bagaimana tetap percaya pada diri sendiri bahkan saat segalanya terasa tidak adil.”
Jangan lewatkan Berita update lainnya hanya di Beritafifa