Erick Thohir: Kalau Indonesia Berpuas Diri, Awas Siap-siap Tersusul Vietnam Lagi!

Beritafifa.comErick Thohir menegaskan bahwa kebijakan baru yang diambil oleh Vietnam merupakan sinyal peringatan serius bagi seluruh ekosistem sepak bola Indonesia. Dalam pernyataannya, ia mengungkapkan kekagumannya terhadap langkah revolusioner yang ditempuh oleh Federasi Sepak Bola Vietnam, terutama dalam hal memberikan kemudahan bagi para pemain diaspora mereka untuk kembali dan membela tim nasional.

Menurut Erick, strategi ini tidak hanya menunjukkan visi jangka panjang Vietnam dalam membangun kekuatan sepak bola, tetapi juga mencerminkan kesungguhan mereka untuk menyalip negara-negara lain di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ia menyoroti bahwa Vietnam memiliki sejarah panjang dalam hal pembinaan usia muda dan kini memperkuatnya dengan pendekatan global, sebuah kombinasi yang bisa menjadikan mereka kekuatan dominan di kawasan.

Lebih lanjut, Erick Thohir menekankan pentingnya Indonesia untuk tidak cepat puas dengan pencapaian-pencapaian terkini. Ia mengajak seluruh pemangku kepentingan sepak bola nasional—dari federasi, klub, pelatih, hingga suporter—untuk bersatu dalam visi besar membangun fondasi sepak bola yang kuat dan berkelanjutan. Ia juga mengisyaratkan bahwa PSSI tengah menyiapkan langkah-langkah strategis agar tidak tertinggal dalam peta persaingan regional, termasuk memperkuat program naturalisasi, meningkatkan kompetisi usia muda, serta memperluas jaringan scouting pemain diaspora di luar negeri.

“Vietnam tidak main-main, dan kita juga tidak boleh ketinggalan. Justru ini menjadi motivasi tambahan untuk kita semua, bahwa sepak bola tidak hanya tentang hari ini, tetapi tentang siapa yang paling siap menghadapi masa depan,” ujar Erick Thohir dengan penuh keyakinan.

Terobosan dari Vietnam

Erick Thohir secara khusus menyoroti langkah besar yang diambil oleh pemerintah Vietnam dalam merevisi Undang-Undang Kewarganegaraan mereka. Ia menyebut kebijakan tersebut sebagai terobosan luar biasa yang bisa membawa perubahan signifikan dalam kekuatan sepak bola Asia Tenggara, khususnya dalam membangun tim nasional yang kompetitif dan bertalenta global.

“Beberapa hari ini Vietnam melakukan terobosan luar biasa,” ujar Erick Thohir membuka penjelasannya kepada media.

Ia merujuk pada keputusan Majelis Nasional Vietnam yang secara resmi menyetujui perubahan aturan kewarganegaraan, yang memungkinkan para pemain diaspora Vietnam di berbagai belahan dunia untuk memperkuat tim nasional tanpa terkendala oleh proses birokrasi yang rumit. Perubahan ini mencakup pengakuan terhadap sistem dwi kewarganegaraan—sebuah kebijakan yang selama ini menjadi hambatan utama bagi banyak pemain keturunan untuk kembali membela tanah leluhur mereka.

“Diumumkan kemarin mengenai bagaimana Vietnam akan menarik diaspora di seluruh dunia dengan segala kemudahannya dan sudah diumumkan mulai 1 Juli,” sambung Erick.

Kebijakan ini, menurut Erick Thohir, bukan hanya soal administrasi, melainkan cerminan keseriusan Vietnam dalam mengoptimalkan seluruh potensi talenta mereka—baik di dalam maupun luar negeri. Ia pun mengingatkan bahwa Indonesia harus segera menanggapi langkah ini dengan serius dan tidak boleh terpaku pada euforia sesaat atas prestasi-prestasi yang telah diraih Timnas dalam beberapa tahun terakhir.

Erick menegaskan, jika tidak diantisipasi dengan strategi dan program yang matang, Indonesia bisa kembali tertinggal oleh rival-rivalnya, termasuk Vietnam yang kini sedang membangun pondasi kekuatan jangka panjang melalui kebijakan progresif tersebut.

Vietnam Mulai Memanggil Diaspora

Lebih lanjut, Erick Thohir menilai langkah strategis yang diambil oleh pemerintah Vietnam merupakan keputusan yang sangat rasional dan penuh perhitungan. Ia menyoroti bahwa potensi pemain keturunan Vietnam yang tersebar di berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Australia tidak bisa dianggap remeh. Menurutnya, inilah bentuk keseriusan Vietnam dalam menggali sumber daya manusia secara global untuk memperkuat tim nasional mereka.

“Kita lihat penduduk Vietnam banyak sekali yang berada di Amerika, Australia, dan mancanegara,” jelas Erick Thohir.

Ia menggarisbawahi bahwa sebagian besar diaspora ini merupakan keturunan dari warga Vietnam yang dulu terpaksa meninggalkan negaranya karena konflik besar, yakni Perang Vietnam. Kini, generasi baru dari diaspora tersebut telah tumbuh dan berkembang di sistem sepak bola negara-negara maju, memiliki akses ke pendidikan, nutrisi, dan pelatihan berstandar tinggi.

“Mereka mengungsi karena ada perang Vietnam saat itu, sekarang diaspora akan ditarik untuk membangun sepak bola mereka,” lanjut Erick.

Ia mengakui bahwa pendekatan ini sangat strategis karena menyatukan kembali identitas nasional dengan potensi global. Dengan sistem dwi kewarganegaraan yang segera diberlakukan mulai 1 Juli, pemain-pemain ini akan memiliki akses lebih mudah untuk kembali dan membela panji The Golden Star Warriors tanpa harus melepaskan kewarganegaraan asal mereka saat ini.

Erick pun menjadikan kebijakan ini sebagai bahan introspeksi dan peringatan bagi Indonesia, agar tidak kehilangan momentum dalam upaya memperkuat skuad nasional dengan cara serupa—yakni memetakan, membina, dan mengajak pemain diaspora Indonesia yang tersebar di berbagai negara untuk berkontribusi bagi Merah Putih.

Peringatan Agar Tak Berpuas Diri

Melihat pergerakan masif dan revolusioner dari Vietnam, Erick Thohir tanpa ragu mengeluarkan peringatan keras kepada seluruh elemen sepak bola Indonesia. Ia menegaskan bahwa situasi saat ini menuntut kewaspadaan tinggi, kerja keras nyata, dan komitmen kolektif dari semua pihak. Menurutnya, ini bukanlah waktu untuk bersantai—apalagi berpuas diri atas capaian yang belum sepenuhnya stabil.

“Kalau kita PSSI dan bangsa kita berpuas diri, pemerintah berpuas diri, saya rasa kita akan tersusul lagi di sepak bola putra dan di putri masih kalah,” tegas Erick Thohir dalam nada penuh keprihatinan.

Ia mengingatkan bahwa meskipun PSSI telah menjalankan berbagai program pembinaan usia muda dan penguatan struktur kompetisi, hal itu tidak akan cukup tanpa dukungan sistemik dari pemerintah, baik dalam bentuk regulasi, anggaran, infrastruktur, maupun kolaborasi lintas sektor.

Erick juga menekankan bahwa langkah-langkah yang diambil harus mencakup dua dimensi waktu: jangka pendek dan jangka panjang. Untuk jangka pendek, ia menyebut pentingnya optimalisasi program naturalisasi dan pemantauan pemain diaspora. Sementara untuk jangka panjang, pembinaan akar rumput, peningkatan kualitas pelatih lokal, serta pembenahan kompetisi usia dini dan elite menjadi kunci utama.

“Kita harus melakukan keseriusan untuk program jangka pendek dan panjang,” pungkas Erick Thohir.

Dengan Vietnam kini melaju cepat melalui kebijakan terobosannya, Erick menilai Indonesia tidak boleh tinggal diam. Kompetisi di Asia Tenggara semakin ketat, dan hanya negara yang memiliki visi, keberanian, dan konsistensi tinggi yang akan bertahan dan unggul di masa depan.

Jangan lewatkan Berita update lainnya hanya di Beritafifa

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top