Marcus Rashford si Bocah Manja yang Problematik

Beritafifa.com – Marcus Rashford bisa disebut sebagai “spoiled kid,” seorang pemain yang terlalu dimanjakan, dan kini kariernya tampak berbelok ke arah yang tidak diharapkan. Di usia 27 tahun, seharusnya Rashford berada di puncak kariernya, menikmati masa keemasan sebagai seorang pesepakbola. Namun, saat ini, berita yang beredar menunjukkan bahwa Manchester United sedang mencari cara untuk melepasnya.

Diskusi tentang Rashford sering kali menimbulkan reaksi manis-pahit dari para penggemar MU. Ada saat-saat ketika ia tampil gemilang, menjadi penyelamat tim dengan gol-gol krusial yang membuatnya dicintai oleh fans. Namun, ada juga masa-masa gelap di mana performanya mengecewakan. Terkadang, Rashford tampak ‘bossy’ di lapangan, menunjukkan sikap yang kurang berkomitmen, bahkan enggan untuk mengejar bola.

Perubahan sikap dan performa ini menjadi sorotan, dan banyak yang berharap Rashford dapat kembali menemukan bentuk permainan terbaiknya. Dengan potensi yang dimilikinya, seharusnya ia bisa menjadi salah satu pemain kunci di tim, bukan justru menjadi pemain yang terbuang. Kini, tantangan bagi Rashford adalah untuk membuktikan bahwa ia masih memiliki semangat dan dedikasi untuk kembali bersinar di pentas sepak bola, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk Manchester United.

Karier Rashford di MU

Marcus Rashford adalah produk asli akademi Manchester United, yang telah bergabung dengan klub sejak usia tujuh tahun. Ia terus berkembang dan menaiki tangga kelompok usia, menunjukkan bakat dan potensi yang menjanjikan. Pada Februari 2016, Rashford akhirnya melakukan debut di tim senior, berkat kesempatan yang diberikan oleh pelatih Louis van Gaal. Debutnya yang mengesankan membuka jalan bagi kariernya yang cemerlang.

Di bawah asuhan Jose Mourinho, Rashford mengalami perkembangan pesat, menjadi salah satu pemain muda yang paling diperhatikan di liga. Namun, meskipun kariernya melesat dengan cepat, tampaknya kedewasaan Rashford tidak sejalan dengan prestasinya di lapangan. Sejak tahun 2018, ia mulai sering terlibat masalah dengan pelatih, yang menunjukkan adanya ketidakcocokan dalam hubungan profesionalnya.

Masalah ini terus berlanjut hingga saat ini, dan menjadi sorotan bagi banyak pengamat sepak bola. Banyak yang berharap Rashford dapat menemukan kembali fokus dan dedikasinya, serta belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut untuk menjadi pemain yang lebih matang dan bertanggung jawab. Dengan bakat yang dimilikinya, Rashford memiliki potensi untuk kembali bersinar dan memberikan kontribusi besar bagi Manchester United, asalkan ia dapat mengatasi tantangan yang ada di depannya.

Bukan Pertama Kali Konflik dengan Pelatih

Ruben Amorim, pelatih yang menggantikan Erik ten Hag di pertengahan musim 2024/2025, tidak butuh waktu lama untuk menilai kualitas Marcus Rashford, baik di dalam maupun di luar lapangan. Meskipun Amorim awalnya memberikan kepercayaan kepada Rashford, situasi berubah setelah beberapa pekan, di mana Rashford mulai dicoret dari skuad. Sejak 12 Desember 2024, Rashford tidak pernah lagi masuk ke dalam daftar pemain yang dipanggil oleh Manchester United.

Amorim secara gamblang menyatakan bahwa penilaiannya terhadap pemain tidak hanya berdasarkan performa di lapangan, tetapi juga mencakup gaya membawa diri dan perilaku secara keseluruhan. Pendekatan ini menunjukkan bahwa pelatih ingin membangun tim yang tidak hanya berbakat, tetapi juga memiliki etika kerja dan sikap yang baik.

Menariknya, Amorim bukanlah pelatih pertama yang menghadapi masalah dengan Rashford. Pelatih-pelatih sebelumnya, seperti Jose Mourinho, Ole Gunnar Solskjaer, Ralf Rangnick, dan Erik ten Hag, juga mengalami tantangan serupa dalam mengelola sikap dan performa Rashford. Hal ini menimbulkan pertanyaan penting: jika pergantian pelatih terus terjadi namun masalah yang sama tetap ada, maka dapat disimpulkan bahwa akar permasalahan mungkin terletak pada diri pemain itu sendiri.

Situasi ini menjadi tantangan besar bagi Rashford untuk merenungkan sikap dan komitmennya terhadap tim. Dengan bakat yang dimilikinya, ia memiliki potensi untuk kembali bersinar, tetapi perubahan sikap dan kedewasaan adalah kunci untuk mengubah nasib kariernya di Manchester United.

Rashford yang Dimanjakan MU

Fakta bahwa Marcus Rashford adalah produk asli akademi Manchester United dan juga pemain tim nasional Inggris tampaknya telah mengaburkan penilaian manajemen klub. Siklus karier Rashford di MU dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan pola yang cukup jelas, meskipun pada masanya, wajar jika manajemen membuat keputusan yang kurang tepat.

Gambaran siklus karier Rashford di MU dapat diringkas sebagai berikut:

  1. Main Bagus, Potensi Terlihat: Rashford menunjukkan performa yang mengesankan, menarik perhatian manajemen dan penggemar.
  2. MU Puas, Tawarkan Kontrak Baru dengan Kenaikan Gaji: Melihat potensi dan performanya, klub menawarkan kontrak baru dengan kenaikan gaji yang signifikan.
  3. Performa Menurun, Bermasalah dengan Pelatih: Setelah mendapatkan kontrak baru, performa Rashford mulai menurun, dan ia terlibat masalah dengan pelatih.
  4. Pelatih Dipecat, MU Mulai Lagi dari Awal: Ketika pelatih dipecat, siklus dimulai lagi dengan harapan baru.
  5. Rashford Main Bagus Lagi, MU Tawarkan Kenaikan Gaji Lagi: Rashford kembali menunjukkan performa yang baik, dan klub menawarkan kenaikan gaji sekali lagi.

Siklus ini terus berulang, dan kini Rashford menerima gaji sebesar 325.000 pounds per minggu, atau sekitar 6,5 miliar rupiah.

Akibatnya, karena MU terlalu memanjakan Rashford, klub kini menghadapi kesulitan ketika pemain Inggris itu mulai menunjukkan masalah. Rashford yang problematik menjadi tantangan bagi manajemen, dan mereka terlanjur memberikan keistimewaan yang mungkin tidak sebanding dengan kontribusinya di lapangan. Situasi ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana klub harus mengelola pemain berbakat namun bermasalah, serta pentingnya keseimbangan antara penghargaan dan tanggung jawab.

Sekarang Harus Dilepas

Sejak kedatangan INEOS, manajemen Manchester United tampaknya ingin bersikap lebih tegas dalam menghadapi berbagai masalah tim, termasuk kasus Marcus Rashford. Setelah Rashford ditepikan oleh pelatih Ruben Amorim dalam beberapa pertandingan, kini muncul kabar bahwa ia siap meninggalkan MU.

Dua klub yang disebut-sebut sebagai kandidat baru untuk Rashford adalah Borussia Dortmund dan AC Milan. Namun, masalah muncul karena kedua klub tersebut tidak bersedia membayar gaji Rashford yang terlalu besar. Mereka meminta Manchester United untuk ikut patungan dalam membayar gaji pemain tersebut, yang saat ini mencapai 325.000 pounds per minggu.

Situasi ini menempatkan MU dalam posisi yang sulit. Di satu sisi, mereka ingin mengurangi beban gaji dan menyelesaikan masalah dengan Rashford. Di sisi lain, mereka juga harus mempertimbangkan nilai dan potensi yang dimiliki Rashford sebagai pemain. Jika MU terpaksa mengabulkan permintaan klub-klub tersebut, ini bisa menjadi langkah awal untuk merombak skuad dan mengatasi masalah yang telah mengganggu performa tim.

Keputusan yang diambil manajemen MU dalam situasi ini akan sangat penting, tidak hanya untuk masa depan Rashford, tetapi juga untuk arah klub secara keseluruhan. Dengan pendekatan yang lebih tegas, diharapkan MU dapat mengatasi masalah internal dan membangun tim yang lebih solid di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back To Top